- Ahli Ekonomi peraih Nobel, Paul Krugman menyebut SVB sebagai “Schmoozing and Vibes Bank”
- Paul Krugman tidak melihat kemungkinan jika kegagalan SVB akan berdampak sistemik
- Investor termasuk Mark Cuban dan Bill Ackman telah meminta intervensi Fed dan bailouts
- Ekonom dan pemenang Nobel Paul Krugman memperkirakan kolapsnya Silicon Valley Bank (SVB) tidak akan berdampak sistemik seperti halnya krisis yang pernah menimpa Lehman Brothers sekitar 15 tahun silam.
Menanggapi huru hara atas jatuhnya SVB, Krugman memberikan penjelasan melalui akun twitter pribadinya @paulkrugman.
“Oke, nih saya punya pemikiran soal SVB dan kenapa kemungkinan gak bakal berdampak besar ke sistem perbankan secara keseluruhan – gak kayak momen Lehman ” cuit Krugman dalam akun twitternya.
Ekonom asal New York University (NYU) menyebut SVB sebagai “Schmoozing and Vibes Bank”, bank yang lebih santai dan kasual. Sebagian besar bisnisnya berfokus pada hubungan dan kerja sama dengan perusahaan startup di wilayah Silicon Valley.
Ini berbeda dengan Lehman Brothers yang memiliki portofolio sangat beragam dari berbagai perusahaan bahkan negara.
- Krugman mencatat bahwa SVB adalah bagian penting dari ekosistem modal ventura teknologi dalam beberapa tahun terakhir.
Simpanan SVB meningkat secara drastis dalam berapa tahun sejalan dengan pesatnya sektor teknologi. Hingga akhir 2022, bank yang berdiri pada 1983 tersebut memiliki aset senilai US$ 209 miliar dan simpanan senilai US$ 175 miliar.
Krugman menyatakan bahwa meskipun kejatuhan SVB sangat merugikan tetapi tak akan menimbulkan efek yang besar pada bank-bank lain.
“Jadi, sebenarnya apa yang dijual oleh SVB? Sejauh yang saya lihat, mereka hanya sangat pandai dalam membina hubungan dengan Silicon Valley, khususnya para Venture Capital. Mungkin Namanya harus diganti ‘Bank yang penuh basa-basi, manis, sopan, dan kasual” lanjut Krugman.
- SVB kolaps hanya 48 jam setelah berencana mengumpulkan dana sebesar US$ 2,25 miliar atau setara Rp 34,75 triliun (kurs US$ 1=Rp 15.445 untuk menambah modal pada Rabu (8/3/2023).
Namun, rencana tersebut gagal karena pasar khawatir melihat kondisi keuangan bank. Alih-alih mendapatkan modal, nasabah dan investor malah ramai-ramai menarik dana dari SVB.
- Lonjakan suku bunga The Federal Reserve (the Fed) juga memengaruhi portofolio obligasi SVB, di mana sebagian besar adalah surat utang pemerintah AS.
SVB terpaksa menjual obligasi yang mereka miliki untuk mendapatkan dana segar. Bond yang dijual senilai US$ 21 miliar atau sekitar Rp 324,35 triliun.
Rata-rata yield pada bond tersebut di kisaran 1,79%, jauh di bawah yield saat ini di kisaran 3,9%. Akibatnya perusahaan merugi hingga US$ 1,8 miliar atau sekitar Rp 27,8 triliun.
- Obligasi pemerintah menjadi salah satu pembeda besar dalam kasus SVB versus Lehman Brothers. Pada 2008, Lehman bermasalah oleh likuiditas akibat macetnya kredit pemilikan rumah atau subprime mortgage.
Banyak dari produk subprime mortgage yang dikemas dan dikembangkan menjadi sekuritas lain atau produk derivatif lain dan diperdagangkan di pasar keuangan global.
Saat kredit macet maka seluruh produk tersebut hancur dan membuat Lehman yang banyak menjamin kredit tumbang.
Macetnya kredit dan lembaga penjamin membuat transaksi antar bank pun bermasalah karena masing-masing bank juga memiliki persoalan likuiditas.
Lain cerita dengan SVB. Kendati ditimpa persoalan modal, bank tersebut memiliki aset berupa bond. Mayoritas bond yang mereka miliki pun diterbitkan pemerintah.
Persoalan SVB lebih dipicu kepanikan investor. Hingga Kamis (9/3/2023), penarikan modal dari SVB menembus US$ 42 miliar atau Rp 648,69 triliun.
- Krisis SVB tidak terkait dengan persoalan bank lain. SVB masih bisa menggunakan obligasi mereka untuk menjamin liabilitas interbank mereka.
SVB juga bisa memanfaatkan obligasi tersebut ke bank lain atau melakukan swap dengan bank lain dengan menggunakan obligasi untuk mendapatkan dana.
Meskipun Krugman optimis terhadap kejadian ini, pandangan ini berbeda dengan investor “Shark Tank”, Mark Cuban dan Bill Ackman, telah meminta The Fed untuk membeli utang SVB dan mendesak pemerintah untuk melakukan bailout dengan nilai yang besar.
Meskipun bank SVB mungkin tidak menjadi bencana global, beberapa pihak memperingatkan bahwa kejadian ini dapat memengaruhi ekosistem modal ventura secara keseluruhan.
Baik krisis SVB maupun Lehman Brothers juga diawali dengan lonjakan suku bunga acuan setelah periode suku bunga rendah.